Abd. Syawal A. Dali
On Kamis, 03 Oktober 2013
Makalah Tentang Sistem Koloid Kelas
XI Lengkap
A. SISTEM KOLOID
Sistem koloid (selanjutnya disingkat
"koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
Sistem koloid adalah campuran yang
heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan
gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase
zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi
campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu
fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid.
1.
Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Sistem koloid fase padat-cair
disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase
pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh
sistem koloid fase padat-cair.
a. Agar-agar
Padatan
agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid
yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol
ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada
keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut
gel.
b.
Pektin
Pektin
adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika
pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat
sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai.
c. Gelatin
Gelatin
adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang,
misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol
yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan
cangkang kapsul. Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan
makanan, seperti jelly atau permen kenyal (gummy candies).
d.
Cairan Kanji
Tepung
kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika
suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup
tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk
karena fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku.
e.
Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air).
f.
Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air).
g.
Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik).
h.
Gel kalsium asetat di dalam alkohol.
i.
Sol arpus (damar).
j.
Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.
2. Sistem Koloid Fase
Padat-Padat (Sol Padat)
Sistem koloid fase
pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama
berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, istilah
sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase
terdispersi berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair
sehingga tidak perlu digunakan istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase
padat-padat adalah logam campuran (aloi), misalnya stainless steel yang
terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel. Contoh lainnya adalah
kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam medium zat padat
(kaca).
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Sistem koloid fase
padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi
berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari
kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam
medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut
partikulat padat. Sistem dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas
disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, aerosol lazim digunakan untuk
menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas sehingga tidak perlu
disebut aerosol cair.
4. Sistem Koloid Fase
Cair-Gas (Aerosol)
Sistem koloid fase
cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi
berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel
zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh
aerosol adalah hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot
dan lain-lain. Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant)
berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC).
5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Sistem koloid fase
cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa
larutan, melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air.
Air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat
nonpolar. Untuk dapat “mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung”
antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang
dapat larut di dalam air) dan juga harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang
dapat larut di dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur
dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak.
Sistem koloid
cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi
disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator.
Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat
bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena
itu, untuk menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian
digunakan sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan air.
Susu, air santan,
krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam kehidupan
sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi
alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein.
Di dalam industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu
bubuk yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan
air panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin
sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air, sekalipun hanya
dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur dengan zat emulgator
dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah krim
(emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental
atau krim yang encer).
Sistem emulsi banyak
digunakan dalam berbagai industri seperti berikut.
a.
Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan
berbagai lotion yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut).
b.
Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones.
c.
Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup,
minyak ikan, dan lain-lain.
Mayones
terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai) dan
air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat emulgator.
6. Sistem Koloid Fase
Cair-Padat (Emulsi Padat)
Sistem koloid fase
cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat.
Sebenarnya, istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair.
Jadi, emulsi berarti sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi
cair). Contoh emulsi padat, yaitu keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem Koloid Fase
Gas-Cair (Busa)
Sistem koloid fase
gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi
berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam
busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas
dalam medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih,
yaitu sabun, deterjen, protein, dan tanin.
Pada proses
pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat mempercepat
proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi
memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses
pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat
terapung di dalam busa tersebut.
Di dalam suatu proses
industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang pembentukan busa
tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa (antifoam), seperti
silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Sistem koloid fase
gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi
berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi
gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam
kehidupan sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan
istilah karet busa dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat
rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh udara.
Secara garis besar,
kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut
ini.
Tabel 2 Jenis Sistem Koloid dan
Contoh-contohnya
No.
|
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol emas, agar-agar, jelly, cat, tinta, air sungai
|
2.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Asap, debu padat
|
3.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Paduan logam, kaca berwarna
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut, awan
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Santan, susu, es krim, krim, lotion, mayonaise
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega, mutiara
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih, busa
|
Busa sabun
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Karet busa, batu apung
|
B.
Penggunaan
Koloid
I.
Bidang Industri
-
Getah karet
Getah karet merupakan koloid tipe sol
yang banyak digunakan sebagai bahan dasar idustri karet. Karet diperoleh dengan
cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat (HCOOH) atau asam asetat,
agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Gumpalan karet
kemudian digiling dan dicuci kemudian diproses lebih lanjut sebaga lembaran
yang disebut sheet.
Getah karet yang digunakan pada
pembatan balon atau karet busa tidak digumpalkan,tetapi dibiarkan dalam wujud
cair yang dikenal dengan lateks. Agar tetap dalam keadaan stabil, getah karet
dicampur dengan larutan ammonia (NH3 (aq)). Larutan ammonia bersifat
basa akan melindungi karet didalam sol lateks dari zat-zat bersifat asam.
Kondisi ni akan melindungi sol dari penggumpalan.
-
Cat
Merupakan koloid tipe sol.
Partikel-partikel padat berupa zat warna, oksia logam, bahan penstabil, bahan
pengawet, zat pencermelang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran partikel
koloid. Partikel koloid ini selanjutnya didispersikan dalam suatu cairan, agar
sol tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap
ditambahkan emulgator atau zat pelindnung yang tergantung pada jenis medium
pendispersinya. Apabila medium pendispersi berupa senyawa polar missal air dan
alcohol, emulgatornya harus yang dapat larut dalam pelarut polar. Dan
sebaliknya jika medium pendispersi berupa senyaw nonpolar, maka emulgator juga
dapat larut dalam pelarut nonpolar
Zat pelindung dalam cat berfungsi untuk
melindungi bahan-bahan pewarna atau bahan padat lain yang menempel pada bahan
yag dicat dari pengaruh panas. Oleh karena itu, saat cairan pelarut menguap,
sifat-sifat bahan pewarna dan bahan-bahan lain yang didispersikan tidak berubah
oleh pengaruh cahaya matahari atau zat-zat kimia lain yang bersentuhan dengan
bahan cat tersebut.
II.
Bidang makanan
Contoh dalam bidang makan adalah susu, mentega dsb. Susu
merupakan emulsi yang berwarna putih kekuningan dan bersifat asam lemah.
III.
Bidang kosmetik dan farmasi
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk
koloid. Bahan berbentuk koloid mempunyai beberapa kelebihan seperti:
a.
Mudah dibersihkan
b.
Tidak merusak kulit dan rambut
c.
Mudah menyerap berbagai bahan yang
berfungi sebagai pewangi,pelembut, dan pewarna
d.
Mengandung dua jenis bahan yang tidak aling melarutkan.
Beberapa tipe koloid yang digunakan
dalam kosmetik sebagai berikut.
a.
Sol padat, contoh: kosmetik lipstick, mascara, dan pensil
alis.
b.
Sol, contoh: kosmetik cat kuku, susu pembersih muka dan
kulit, cairan mascara.
c.
Emulsi, contoh: kosmetik pembersih muka.
d.
Aerosol: kosmetik parfum semprot, hair spray, penyegar mulut
bentuk semprot.
e.
Buih, contoh: sabun cukur
f. Gel, kosmetik minyak rambut.
Sistem koloid banyak digunakan
pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan
sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai
industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa
macam koloid tersebut antara lain;
1.
Aerosol
Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara.
Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi
dalam bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya
antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2.
Sol
Sol
adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi,
kita mengenal dua macam sol;
a.
Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul
cairan, sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu.
Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol
liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan
gelatin.
b.
Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul
cairan. Liofib artinya “takut cairan” (phobia=takut).
Jika
medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing
disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh
koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh
koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.
3.
Emulsi
Emulsi adalah suatu
system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama
merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein
sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat
dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang
dalam bentuk semipadat disebut krim.
Berikut ini adalah
tabel aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega,
susu, saus salad
|
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan,
pensilin untuk suntikan
|
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1.
Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.
Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
4.
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
5.
Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
C.
Sifat-sifat
Koloid
1. Gerak Brown
Gerak
Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag partikel
koloid. Gerak Brown terjadi karena benturan tidak teratur partikel koloid dan
medium pendispersi. Benturan tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar
dengan arah yang tidak beraturan dan jarak yang pendek.
Gerak
Brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858), seorang
ahli Biologi berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena
ini dijelaskan oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein,
suatu partikel mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang
dalam suatu medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak
zig-zag. Gerakan ini disebabkan oleh medium pendispersi yang menabrak partikel
terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama untuk setiap sisi.
Arah
gerak partikel koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang
menabrak. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah
banyak, partikel koloid akan bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi
yang menabrak dari kiri bawah banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas.
Setiap gerak disertai getaran karena di sisi lain ada tabrakan dari medium
pendispersi, tetapi jumlah molekul medium pendispersi ini sedikit. Gerak
zig-zag akibat tabrakan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid
tetap stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap.
Apakah
gerak Brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan,
partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan
ukuran molekul pendispersi. Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena
ditabrak oleh partikel pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh
molekul sendiri. Pada suspensi, ukuran partikel terdispersi sangat besar.
Adanya partikel pendispersi yang menabrak tidak menyebabkan partikel
terdispersi bergerak dan tidak menimbulkan getaran. Pada suspensi, partikel
terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga partikel
terdispersi lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan.
2. Efek Tyndall
Jika
cahaya dilewatkan ke dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem koloid
tersebut terlihat lebih terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini
disebabkan oleh terjadinya efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek penghamburan
cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan
cahaya yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika
kemudian cahaya ini ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram
(lihat gambar di samping).
Di
dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala
berikut.
1)
Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat
debu-debu beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang
tidak terlewati sinar matahari tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga
jika sinar matahari melewati daun pepohonan di daerah yang berkabut, sinar
matahari tersebut terlihat lebih jelas.
2)
Jika Anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang
mengepul ke atas cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar
menjadi buram.
3)
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga
pada jalan yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis
hujan yang cukup deras (sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap).
Itulah sebabnya sorot lampu mobil seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi
jalan terlihat jelas.
thanks bro ! btw gue juga penggemar Nicki Minaj :D Super Bass :D
sangat membantu :)
thanks yaaa