Makalah Aliran-Aliran Klasik Terhadap Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari dulu sampai sekarang ini
pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka kepada
kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas
dari faktor pembawaan dan lingkungan. Pembawaan
dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan
sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah
bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan
lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban, tentang perkembangan manusia
itu sebenarnya bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini
penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, di
antaranya aliran nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi, serta
pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia, serta
pandangan islam terhadap pendidikan.
1.2. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini penulis
mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat-pendapat
aliran klasik terhadap pendidikan?
2. Apa pengaruh aliran-aliran klasik
terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana pandangan islam
terhadap pendidikan?
1.3. Tujuan
Dalam pembahasan kali ini pemakalah
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran
klasik terhadap pendidikan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh
aliran-aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui pandangan islam
terhadap pendidikan.
BAB II
ALIRAN-ALIRAN KLASIK DALAM
PENDIDIKAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
2.1. Pendapat-pendapat
Aliran Klasik Terhadap Pendidikan
2.2.1. Aliran Nativisme
Istilah Nativisme dari asal kata
natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang
berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah
Arthur Schopenhauer (1788-1869), seoran filosofis Jerman. Airan ini identik
dengan pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran
ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh
faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat
pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran nativisme, pendidikan
tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan
seperti ini di sebut pesimistis pedagogis. Pendidikan yang tidak sesuai dengan
bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu
sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan sekitar tidak mempengaruhi
perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai
pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai
pembawaan baik maka dia akan baik. pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di
ubah dari luar.
Jadi menurut pemaparan di atas telah
jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah
perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Karena
menurut mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak
lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja.
Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang
tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran
dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi
pemusik.
2.1.2. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di
bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ.
Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun
dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di
tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh
itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek
pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J.
Rousseausebagai berikut :”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari
sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu sebagai
pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di
biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat
jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di
berikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran
ini juga di sebut negativisme.
Jadi dengan kata lain pendidikan
tidak diperlukan. Yang di laksanakan adalah menyerahkan anak didik kea lam,
agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui
proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala
keburukan masyarakat yang serba di buat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang
di peroleh secara alamiyah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara
sepontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik
untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuannya dan kecenderungannya.
Jadi menurut aliran ini pendidikan
harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di ketahui, gagasan naturalism yang
menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya
pendidikan makin lama makin di perlukan.
2.1.3. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran empirisme dan
naturalisme adalah empirisme dengan tokoh utama Jhon Locke(1632-1704). Nama
asli aliran ini adalah the school of british empirism(aliran empirisme
inggris).
Doktrin aliran empirisme yang sangat
mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis
yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting
pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia
semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan
bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini
para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.
Aliran empirisme berpendapat
berlawanan dengan aliran nativisme dan naturalisme karena berpendapat bahwa
dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali di tentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak
kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun
kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam
pendidikan pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
Kaum behaviouris pun sependapat
dengan kaum empiris, sebagai contoh di kemukakan di sini kata-kata waston,
seorang behaviouris tulen dari Amerika ”berilah saya anak yang baik keadaan
badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang
mana dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika
memang di kehendaki menjadi seorang pengemisatau pencuri”.
Dari pemaparan dan contoh di atas
jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran pendidik sangat penting sebab
akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi dalam dunia
pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang
sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan.
Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak di pengaruhi
oleh lingkungan.
Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.
Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.
2.1.4. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan
gabungan dari aliran-aliran di atas, aliran ini menggabungkan pentingnya
hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada pembawaan, tetapi juga kepada faktor
yang sama pentingnya yang mempunyai andil lebih besar dalam menentukan masa
depan seseorang.
Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman / pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. (convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil. Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).
Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman / pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. (convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil. Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).
William Stern (1871-1939), seorang
ahli pendidikan bangsa Jerman, dan sebagai pelopor aliran ini mengatakan
“kemungkinan-kemungkinan yang di bawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib
depan dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya
pendidikan dalam arti se luas-luasnya. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong,
tetapi bukanlah ia yang menyebabkan pertumbuhan itu, karena ini datangnya dari
dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong”
Jadi menurut Williem seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. sebaliknya lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan untuk pengembang itu. sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pebawaan untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya, karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Karena itu teori W. Stern di sebut teori konvergensi(memusatkan ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
o Pendidikan mungkin untuk di laksanakan
o Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang di berikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
o Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Dari ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan. Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin lepandaian berkata-kata dapat berkembang.
2.2. Pengaruh Aliran-aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia.
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.
Dari paparan diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam lebih condong pada aliran konvergensi yakni factor yang mempengaruhi perkembangan adalah pembawaan dan lingkungan.pembawaan merupakan potensi-potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir yang perlu dikembangkan dengan adanya pendidikan atau lingkungan.
Dalam hadits nabi:
Jadi menurut Williem seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. sebaliknya lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan untuk pengembang itu. sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pebawaan untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya, karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Karena itu teori W. Stern di sebut teori konvergensi(memusatkan ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
o Pendidikan mungkin untuk di laksanakan
o Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang di berikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
o Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Dari ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan. Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin lepandaian berkata-kata dapat berkembang.
2.2. Pengaruh Aliran-aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia.
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.
Dari paparan diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam lebih condong pada aliran konvergensi yakni factor yang mempengaruhi perkembangan adalah pembawaan dan lingkungan.pembawaan merupakan potensi-potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir yang perlu dikembangkan dengan adanya pendidikan atau lingkungan.
Dalam hadits nabi:
“semua anak dilahirkan atas
kesucian/kebersihan (dari segala dosa/noda) dan pembawaan beragama
tauhid,sehingga ia jelas bicaranya.maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan
anaknya menjadi yahudi atau nasrani atau majusi,”(HR.Abu ya’lah,altab rani,dan
al baihaqi dari aswad bin sari’)
Hadits diatas menerangkan bahw anak dilahirkan dalam keadaan suci atau belum mengetahui apa-apa kecuali bekal potensi dan hereditas yang dibawanya.sedangkan perkembangan selanjutnya itu akan dipengaruhi oleh factor lingkungan atau pendidikan dan orang tua disini sebagai pendidik mempunyai peran atau andil yang sangat pentinng untuk mengarahkan anak kejalan yang mereka kehendaki.
Dewasa ini hampir tidak ada yang menganut teori nativisme, naturalisme, maupun empirisme, mereka lebih condong pada aliran konvergensi.
Hadits diatas menerangkan bahw anak dilahirkan dalam keadaan suci atau belum mengetahui apa-apa kecuali bekal potensi dan hereditas yang dibawanya.sedangkan perkembangan selanjutnya itu akan dipengaruhi oleh factor lingkungan atau pendidikan dan orang tua disini sebagai pendidik mempunyai peran atau andil yang sangat pentinng untuk mengarahkan anak kejalan yang mereka kehendaki.
Dewasa ini hampir tidak ada yang menganut teori nativisme, naturalisme, maupun empirisme, mereka lebih condong pada aliran konvergensi.
2.3. Pandangan Islam Terhadap
Pendidikan
Dalam ajaran islam pada hakikatnya manusia sebagai kholifah Allah dibumi ini. Manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problem hidup dan kehidupanya, serta bertanggung jawab dalam pemecahan problem tersebut. Dalam kata lain islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertnggung jawab, agar tetap berada dalam kehidupan yang islami.
Pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawabnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi dasar pelaksanaan dan praktek pendidikan. Ketepatan akan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu merumuskan tujuan pendidikan secara tepat dan hal ini akan mengarahkan usaha-usaha kependidikan yang tepat pula.
Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melakukan pendidikan. Karena pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi demi untuk mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal kehidupannya. Apabila kita memperhatikan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamma Saw, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam surat al-Alaq ayat 1-5 :
Dalam ajaran islam pada hakikatnya manusia sebagai kholifah Allah dibumi ini. Manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problem hidup dan kehidupanya, serta bertanggung jawab dalam pemecahan problem tersebut. Dalam kata lain islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertnggung jawab, agar tetap berada dalam kehidupan yang islami.
Pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawabnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi dasar pelaksanaan dan praktek pendidikan. Ketepatan akan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu merumuskan tujuan pendidikan secara tepat dan hal ini akan mengarahkan usaha-usaha kependidikan yang tepat pula.
Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melakukan pendidikan. Karena pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi demi untuk mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal kehidupannya. Apabila kita memperhatikan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamma Saw, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam surat al-Alaq ayat 1-5 :
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Di samping menekankan pada umatnya untuk belajar, Islam juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Islam mewajibkan umatnya untuk belajar dan mengajar, manusia itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik. Banyak ayat al-Quran dan hadits yang menjelaskan hal tersebut, antara lain di dalam surat al-Taubah ayat 122
Di samping menekankan pada umatnya untuk belajar, Islam juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Islam mewajibkan umatnya untuk belajar dan mengajar, manusia itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik. Banyak ayat al-Quran dan hadits yang menjelaskan hal tersebut, antara lain di dalam surat al-Taubah ayat 122
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Sabda Nabi Muhammad Saw :
Sabda Nabi Muhammad Saw :
كُوْنُوْا رَبَّانِيِّيْنَ حُلَمَاءَ
فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ الرَّبَّانِيُّ الَّذِيْ يُرَبِّ النَّاسَ مِنْ
صِغَارِ الْعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ
Artinya : “Jadilah kamu pendidik yang penyantun, ahli fikih dan ahli ilmu, disebut pendidik bila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmunya sedikit-sedikit lama kelamaan banyak” (HR. Bukhari).
Dalam kesempatan yang lain Nabi SAW juga bersabda:
“Jadilah kamu orang yang ‘alim (mengajar ilmu), atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang mendengar (ilmu), atau orang yang suka (pada ilmu), dan janganlah kamu jadi pihak kelima, maka rusaklah kamu (Hadits)
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang masih di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena merupakan aliran yang menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan juga merupakan aliran yang sempurna.
Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi.
Menurut pandangan islam pendidikan sangan,amat penting berdasarkan dalil-dalil yang telah di sebutkan di atas tadi.
Artinya : “Jadilah kamu pendidik yang penyantun, ahli fikih dan ahli ilmu, disebut pendidik bila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmunya sedikit-sedikit lama kelamaan banyak” (HR. Bukhari).
Dalam kesempatan yang lain Nabi SAW juga bersabda:
“Jadilah kamu orang yang ‘alim (mengajar ilmu), atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang mendengar (ilmu), atau orang yang suka (pada ilmu), dan janganlah kamu jadi pihak kelima, maka rusaklah kamu (Hadits)
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang masih di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena merupakan aliran yang menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan juga merupakan aliran yang sempurna.
Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi.
Menurut pandangan islam pendidikan sangan,amat penting berdasarkan dalil-dalil yang telah di sebutkan di atas tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001.Ilmu Pendidikan.jakarta:PT Rineka Cipta
Effendi, Mukhlisun.2008.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Nadi Offset
Purwanto, Ngalim.1997.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
(Tanpa nama).2001.Aliran-aliran Pendidikan,(online).www.Meetabied.wordpress.com, di akses tanggal 21 oktober 2010
(Tanpa nama).2010.Aliran-aliran Pendidikan,(Online).www.medens13.wordpress.com, Di akses tanggal 21 oktober 2010
(Tanpa nama).(tanpa tahun).Aliran-aliran klasik dalam pendidikan,(online).www.scribed.com, di akses tanggal 21 oktober.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001.Ilmu Pendidikan.jakarta:PT Rineka Cipta
Effendi, Mukhlisun.2008.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Nadi Offset
Purwanto, Ngalim.1997.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
(Tanpa nama).2001.Aliran-aliran Pendidikan,(online).www.Meetabied.wordpress.com, di akses tanggal 21 oktober 2010
(Tanpa nama).2010.Aliran-aliran Pendidikan,(Online).www.medens13.wordpress.com, Di akses tanggal 21 oktober 2010
(Tanpa nama).(tanpa tahun).Aliran-aliran klasik dalam pendidikan,(online).www.scribed.com, di akses tanggal 21 oktober.
Permasalahan Pada Sistem Pendidikan
di Indonesia
Untuk membenahi sistem pendidikan di
Indonesia banyak hal yang harus dilakukan, karena begitu kompleksnya
permasalahan yang ada, sehingga tidak mudah untuk memulai membenahinya dari
mana. Namun dalam hal ini tidak ada salahnya kita mencoba memperbaikinya
melalui permasalahan yang ada yakni melalui peningkatan mutu, relevansi, dan
pemerataan pendidikan. Ketiga hal ini merupakan bagian dari sistem pendidikan
Indonesia yang kita pandang cukup penting untuk memulai pembenahan bagi sistem
pendidikan di Indonesia.
a. Peningkatan mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat.
Sebenarnya pemerintah telah mencetuskan gerakan peningkatan mutu pendidikan sejak tahun 2002, namun kenyataan sampai saat ini program itu belum berjalan dengan maksimal. Peningkatan mutu pendidikan itu diresalisasikan dengan melakukan manajemen peningkatan mutu (MPM). Manajemen peningkatan mutu ini berbasis sekolah, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan termasuk bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan prasarana, dan sumber daya lain serta penciptaan suasana yang kondusif. Dalam hasil belajar mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu. Ini dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, prestasi di bidang oleh raga, seni atau keterampilan yang lain, suasana disiplin, keakraban, kekeluargaan, kenyamanan, kebersihan dan sebagainya.
Manajemen mutu pendidikan mempunyai kerangka kerja yang jadi pedoman dalam pelaksanaan kerjanya, yakni :
- Sumber daya, adanya fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Keuangan selain untuk operasional juga hendaknya untuk memperkuat sekolah dalam menentukan prioritas peningkatan mutu.
- Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat. Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.
- Kurikulum, Berdasarkan kurikulum nasional, sekolah mengembangkan kurikulum baik dari standar materi dan proses penyampaiannya. Sekolah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan mereka sehingga siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual, terampil, memiliki sikap arif dan bijaksana, berwatak dan memiliki kematangan emosional.
- Personil sekolah, sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya).
- Masyarakat (para petaruh/stake-holders),Masing-masing petaruh atau stakeholders dilibatkan sesuai dengan peran, tanggungjawab dan kemampuannya untuk bersama-sama dan bekerjasama meningkatkan mutu.
Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman kepada kita bahwa tanggung jawab peningkatan kualitas pendidikan secara mikro telah bergeser dari birokrasi pusat ke unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Karena selama ini kita ketahui pengelolaan pendidikan lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Untuk mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka perlu partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan.
Contoh meningkatkan mutu pendidikan :
- Peningkatan kemampuan profesional dan kesejahteraan guru melalui melalui pemberian akreditasi dan sertifikasi mengajar bidang studi dan keahlian. Selain itu, dilakukan peningkatan kemampuan profesional melaui pelatihan–pelatihan dan penataran, memberi peluang kepada guru mengembangkan kemampuan sesuai dengan bidangnya masing–masing.
- Meningkatkan penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada basis kompetensi dasar, tidak bias jender, meningkatkan ilmu–ilmu dasar, memungkinkan tumbuh dan berkembangnya inovasi pembaharuan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat global serta mengembangkan kompetensi minimum dengan mengacu pada standar internasional yang berlaku.
b. Relevansi Pendidikan
Relevansi Pendidikan, berarti bahwa sistem pendidikan perlu relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat. Kebutuhan itu sangat beragam yang meliputi kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan pembangunan.
Dari aspek relevansi ini pendidikan kita ke depan masih harus mendapat sentuhan pengembangan yang lebih serius. Saat ini telah digalakkan mengenai pengembangan kurikulum berbasis kompetensi maupun life skills di dunia pendidikan kita. Dengan pengembangan itu, diharapkan relevansi hasil pendidikan terhadap tuntutan zaman akan dapat ditingkatkan. Meskipun demikian, pengembangan itu akan sia-sia manakala guru dan kepala sekolah tidak memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi pada konteks pendidikan berbasis sekolah di era desentralisasi ini.
Relevansi pendidikan juga mengarah pada kebutuhan pasar kerja, di mana setiap peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah menengah dapat siap bekerja jikalau mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Merupakan tantangan berat untuk bisa menghasilkan lulusan yang siap seluruhnya. Berarti harus menciptakan materi pendidikan yang sesuai dengan relevansinya. meski demikian untuk sampai pada tahap siap kerja atau siap menciptakan pekerjaan cukup berat, setidaknya lulusan pendidikan bisa menjadi lulusan yang siap dilatih.
Contoh relevansi pendidikan, yakni :
- Pada saat ini pemerintah memprioritaskan relevansi pendidikan pada kebutuhan dunia kerja melalui kebijaksanaan Link & Match. Link menunjuk pada suatu proses, yaitu bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasil-nya pun cocok (match) dengan kebutuhan dunia kerja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan (SMK), strategi pokok dalam rangka operasionalisasi link & match sebagai suatu kebijakan Depdiknas, adalah Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
c. Pemerataan pendidikan
Pemerataan pendidikan, berkaitan erat dengan keadilan dalam memperoleh akses pendidikan. Memperoleh pendidikan yang layak merupakan hak asasi setiap warga bangsa yang dijamin konstitusi. Untuk itu pemerintah wajib memberi pelayanan pendidikan yang baik kepada seluruh masyarakat.
Masalahnya pada saat ini masih sangat telihat jelas kesenjangan untuk memperoleh pendidikan ditengah-tengah masyarakat kita, hal itu disebabkan oleh faktor ekonomi yang jadi permasalahan utama bangsa ini. Kesenjangan ekonomi masyarakat masih terlihat sangat jelas antara yang miskin dan yang kaya. Bagi kaum miskin, jangan kan untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang tinggi atau sekedar mengikuti kursus, untuk makan sehari-hari pun susahnya bukan main. Pada akhirnya, mereka hanya dapat menyekolahkan anaknya pada sekolah-sekolah yang biasa dengan fasilitas seadanya dan dengan kualitas pengajar yang biasa. Maka secara otomatis kualitas yang dihasilkannya pun akan biasa-biasa saja.
Sementara mereka yang mempunyai banyak duit dapat menikmati fasilitas pendidikan yang mereka inginkan, seperti halnya sekolah-sekolah unggulan, universitas unggulan, maupun tempat-tempat kursus.
Alternative yang ada untuk memecahkah masalah pemerataan pendidikan ini adalah :
- Pembangunan sarana prasarana sekolah yang merata di daerah kota dan desa, disertai oleh tenaga pengajar yang kompeten.
- Kesempatan mendapatkan pendidikan gratis bagi masyarakat tidak mampu.
- Memperhatikan kesejahteraan pendidik yang bertugas jauh di pelosok desa.
- Pemerataan pendidikan harus juga disertai oleh pemerataan ekonomi.
Poin yang terakhir ini menjadi tugas berat bagi pemerintah untuk mewujudkannya karena memang tidak mudah mewujudkannya, namun demikian haruslah diupayakan agar pendidikan betul-betul dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Contoh pemerataan pendidikan yakni :
- Memberikan beasiswa kepada keluarga miskin dan kepada siswa yang berprestasi dan bagi siswa yang secara sosial ekonomis tidak beruntung, yang bersumber dari pemerintah dan/atau masyarakat dengan memperhatikan prinsip pemberdayaan, kesempatan, pemerataan dan keadilan.
- Membangun unit sekolah/ruang kelas baru berikut sarana – prasarananya termasuk sarana olahraga, yang ditempuh baik melalui anggaran pemerintah (pusat dan daerah) maupun melalui pemberdayaan pertisipasi masyarakat dengan pengelolaan yang efisien dan kontrol yang semakin ketat.
a. Peningkatan mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat.
Sebenarnya pemerintah telah mencetuskan gerakan peningkatan mutu pendidikan sejak tahun 2002, namun kenyataan sampai saat ini program itu belum berjalan dengan maksimal. Peningkatan mutu pendidikan itu diresalisasikan dengan melakukan manajemen peningkatan mutu (MPM). Manajemen peningkatan mutu ini berbasis sekolah, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan termasuk bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan prasarana, dan sumber daya lain serta penciptaan suasana yang kondusif. Dalam hasil belajar mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu. Ini dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, prestasi di bidang oleh raga, seni atau keterampilan yang lain, suasana disiplin, keakraban, kekeluargaan, kenyamanan, kebersihan dan sebagainya.
Manajemen mutu pendidikan mempunyai kerangka kerja yang jadi pedoman dalam pelaksanaan kerjanya, yakni :
- Sumber daya, adanya fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Keuangan selain untuk operasional juga hendaknya untuk memperkuat sekolah dalam menentukan prioritas peningkatan mutu.
- Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat. Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.
- Kurikulum, Berdasarkan kurikulum nasional, sekolah mengembangkan kurikulum baik dari standar materi dan proses penyampaiannya. Sekolah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan mereka sehingga siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual, terampil, memiliki sikap arif dan bijaksana, berwatak dan memiliki kematangan emosional.
- Personil sekolah, sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya).
- Masyarakat (para petaruh/stake-holders),Masing-masing petaruh atau stakeholders dilibatkan sesuai dengan peran, tanggungjawab dan kemampuannya untuk bersama-sama dan bekerjasama meningkatkan mutu.
Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman kepada kita bahwa tanggung jawab peningkatan kualitas pendidikan secara mikro telah bergeser dari birokrasi pusat ke unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Karena selama ini kita ketahui pengelolaan pendidikan lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Untuk mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka perlu partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan.
Contoh meningkatkan mutu pendidikan :
- Peningkatan kemampuan profesional dan kesejahteraan guru melalui melalui pemberian akreditasi dan sertifikasi mengajar bidang studi dan keahlian. Selain itu, dilakukan peningkatan kemampuan profesional melaui pelatihan–pelatihan dan penataran, memberi peluang kepada guru mengembangkan kemampuan sesuai dengan bidangnya masing–masing.
- Meningkatkan penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada basis kompetensi dasar, tidak bias jender, meningkatkan ilmu–ilmu dasar, memungkinkan tumbuh dan berkembangnya inovasi pembaharuan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat global serta mengembangkan kompetensi minimum dengan mengacu pada standar internasional yang berlaku.
b. Relevansi Pendidikan
Relevansi Pendidikan, berarti bahwa sistem pendidikan perlu relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat. Kebutuhan itu sangat beragam yang meliputi kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan pembangunan.
Dari aspek relevansi ini pendidikan kita ke depan masih harus mendapat sentuhan pengembangan yang lebih serius. Saat ini telah digalakkan mengenai pengembangan kurikulum berbasis kompetensi maupun life skills di dunia pendidikan kita. Dengan pengembangan itu, diharapkan relevansi hasil pendidikan terhadap tuntutan zaman akan dapat ditingkatkan. Meskipun demikian, pengembangan itu akan sia-sia manakala guru dan kepala sekolah tidak memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi pada konteks pendidikan berbasis sekolah di era desentralisasi ini.
Relevansi pendidikan juga mengarah pada kebutuhan pasar kerja, di mana setiap peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah menengah dapat siap bekerja jikalau mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Merupakan tantangan berat untuk bisa menghasilkan lulusan yang siap seluruhnya. Berarti harus menciptakan materi pendidikan yang sesuai dengan relevansinya. meski demikian untuk sampai pada tahap siap kerja atau siap menciptakan pekerjaan cukup berat, setidaknya lulusan pendidikan bisa menjadi lulusan yang siap dilatih.
Contoh relevansi pendidikan, yakni :
- Pada saat ini pemerintah memprioritaskan relevansi pendidikan pada kebutuhan dunia kerja melalui kebijaksanaan Link & Match. Link menunjuk pada suatu proses, yaitu bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasil-nya pun cocok (match) dengan kebutuhan dunia kerja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan (SMK), strategi pokok dalam rangka operasionalisasi link & match sebagai suatu kebijakan Depdiknas, adalah Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
c. Pemerataan pendidikan
Pemerataan pendidikan, berkaitan erat dengan keadilan dalam memperoleh akses pendidikan. Memperoleh pendidikan yang layak merupakan hak asasi setiap warga bangsa yang dijamin konstitusi. Untuk itu pemerintah wajib memberi pelayanan pendidikan yang baik kepada seluruh masyarakat.
Masalahnya pada saat ini masih sangat telihat jelas kesenjangan untuk memperoleh pendidikan ditengah-tengah masyarakat kita, hal itu disebabkan oleh faktor ekonomi yang jadi permasalahan utama bangsa ini. Kesenjangan ekonomi masyarakat masih terlihat sangat jelas antara yang miskin dan yang kaya. Bagi kaum miskin, jangan kan untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang tinggi atau sekedar mengikuti kursus, untuk makan sehari-hari pun susahnya bukan main. Pada akhirnya, mereka hanya dapat menyekolahkan anaknya pada sekolah-sekolah yang biasa dengan fasilitas seadanya dan dengan kualitas pengajar yang biasa. Maka secara otomatis kualitas yang dihasilkannya pun akan biasa-biasa saja.
Sementara mereka yang mempunyai banyak duit dapat menikmati fasilitas pendidikan yang mereka inginkan, seperti halnya sekolah-sekolah unggulan, universitas unggulan, maupun tempat-tempat kursus.
Alternative yang ada untuk memecahkah masalah pemerataan pendidikan ini adalah :
- Pembangunan sarana prasarana sekolah yang merata di daerah kota dan desa, disertai oleh tenaga pengajar yang kompeten.
- Kesempatan mendapatkan pendidikan gratis bagi masyarakat tidak mampu.
- Memperhatikan kesejahteraan pendidik yang bertugas jauh di pelosok desa.
- Pemerataan pendidikan harus juga disertai oleh pemerataan ekonomi.
Poin yang terakhir ini menjadi tugas berat bagi pemerintah untuk mewujudkannya karena memang tidak mudah mewujudkannya, namun demikian haruslah diupayakan agar pendidikan betul-betul dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Contoh pemerataan pendidikan yakni :
- Memberikan beasiswa kepada keluarga miskin dan kepada siswa yang berprestasi dan bagi siswa yang secara sosial ekonomis tidak beruntung, yang bersumber dari pemerintah dan/atau masyarakat dengan memperhatikan prinsip pemberdayaan, kesempatan, pemerataan dan keadilan.
- Membangun unit sekolah/ruang kelas baru berikut sarana – prasarananya termasuk sarana olahraga, yang ditempuh baik melalui anggaran pemerintah (pusat dan daerah) maupun melalui pemberdayaan pertisipasi masyarakat dengan pengelolaan yang efisien dan kontrol yang semakin ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar