- Home »
- Pendidikan Agama Islam »
- Makalah Keagamaan Lengkap " Sirah Nabawiyah Periode Makkah "
Abd. Syawal A. Dali
On Selasa, 24 September 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Di zaman Jahiliyah, kebiasaan masyarakat Makkah pada
waktu itu amat rusak, berjudi, mabuk-mabukan, berkelahi sampai pembunuhan sudah
meluas dalam masyarakat. Agama yang mereka anut dan berhala yang mereka
puja-puja tak mampu mengatasi keadaan yang sudah rusak itu.
Pada saat diangkat menjadi Rasul Allah usia beliau sudah
mencapai 40 tahun. Dari situlah beliau sangat sedih memikirkan keadaan
masyarakat di sekitarnya. Masalah dagangannya sudah tak terpikirkan lagi, yang
dipikirkan saat itu adalah keadaan masyarakat.
Setelah Rasulullah Saw. telah menerima wahyu pertama,
namun beliau belum menyampaikannya kepada orang lain. Setelah wahyu kedua turun
barulah Rasulullah Saw. mengajak orang lain memeluk agama Islam.
Namun pada masa penyebaran agama Islam membuktikan betapa
sulitnya penyebaran yang di lakukan Rasulullah Saw. dalam menyiarkan agama Islam.
Beliau mendapatkan banyak tantangan dari kaum Quraisy. Tetapi, dengan kegigihan
Rasulullah Saw. dalam penyebarannya banyak hikmah yang didapatkannya. Beliau
menyiarkan agama Islam itu secara bijaksana sekali. Mula-mula dengan rahasia
dan dalam lingkungan keluarga saja. Kemudian
kepada para sahabat-sahabat dekatnya.
B. Tujuan
1. Untuk
bisa mengetahui terjadinya
masa-masa penyebaran agama Islam.
2. Untuk
bisa mengatasi masalah-masalah dalam
penyebaran agama Islam.
3. Untuk mengetahu sejarah singkat Nabi Muhammad Saw.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa Pranubuwwah
Ada dua nabi yang mendapatkan
gelar kehormatan Uswatun Hasanah (teladan
yang baik). Dua nabi itu adalah Ibrahim al-Hanif dan Rasulullah Saw. Disebut uswatun hasanah karena ada banyak
perilaku ideal yang harus ditiru dari Ibrahim al-Hanif dan Rasulullah Saw.
Teladan itu bukan hanya keimanannya yang samgat kuat kepada Allah Swt,
melainkan juga akhlaknya yang sangat baik.
Secara politisi, para penguasa
prakenabian dibagi menjadi dua bentuk : raja
yang mempunyai mahkota dan para
pemimpin kabilah. Raja-raja yang memiliki mahkota adalah Raja Yaman, Raja
Ghassan, dan Raja Hirah. Sebaliknya, para pemimpin kabilah tidak memiliki
mahkota sebagaimana raja. Namun, mereka memiliki otoritas yang hampir menyamai
kekuasaan seorang raja. Jazirah Arab dikuasai oleh orang-orang yang diktator
(kekuasaan yang mutlak). Jadi, kekuasaan yang berlaku saat itu adalah Sistem Diktator.
Secara agama, mental masyarakat
pun sudah rusak parah. Pada mulanya, penduduk Jazirah Arab mengikuti millah Ismail a.s. Namun, seiring dengan
waktu ketika Nabi Ismail a.s. wafat, amalan syirik pun mulai bermunculan. Orang
yang ”sangat berjasa” dalam penyembahan berhala adalah Amr bin Luhay. Nama-nama berhala yang terkenal
adalah Manat, Lata, dan Uzza.
Dalam kondisi demikianlah, Rasulullah Saw.
diutus sebagai nabi terakhir. Tepatlah apa yang beliau sabdakan : “Innamaa bu’itstu li utammima makarimal
al-akhlaq, (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak).
Masyarakat Jahilia masih
memiliki beberapa gelintir perbuatan yang terpuji, mengundang kekaguman, dan
simpati kita.
1.
Sikap dermawan, yakni semangat memberi dan rasa bangga
ketika bisa memberi sesuatu kepada orang lain.
2.
Memenuhi janji. Bagi mereka, janji itu sama dengan utang
yang harus dibayar. Iyulah sebabnya, mereka rela mengorbankan apa pun untuk
memenuhi janji.
3.
Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan. Mereka
tidak mau mendengar kata-kata penghinaan seperti sebutan “anjing” atau
“goblok”.
4.
Pantang mundur. Jika mereka sudah menginginkan sesuatu,
ia akan berusaha keras untuk mewujudkannya. Tidak ada sesuatu pun yang mampu
menghadang usaha itu.
5.
Kelemahan-lembutan dan sikap empati. Mereka mudah
menyanjung untuk menghormati kemuliaan orang lain.
B.
Periodisasi
Masa Nubuwwah
Sepanjang periode Makkah, ada
dua hal, pertama, periode nubuwwah yang
berisi sejarah penerimaan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. dan
deklarasi kenabian. Kedua, periode
dakwah.
1.
Bi’tsatun
Nubuwwah
Bi’tsatun Nubuwwah artinya masa bangkitnya atau perutusan kenabian. Periode
pertama diawali dari sejarah
prakelahiran hingga penunjukan Nabi Muhammad Saw. sebagai rasul Allah. Periode
ini diakhiri oleh deklarasi nubuwwah-nya pada tiga tahun berikutnya. Deklarasi
nubuwwah ditandai turunnya surah al ‘Alaq ayat 1-5.
Nama lengkap Rasulullah Saw.
adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (nama aslinya : Syaibah) bin
Hasyim (nama aslinya : Amru). Jadi, Rasulullah berasal dari Bani Hasyim atau
Hasyimiyyah. Nama kabilah ini dinisbahkan kepada kakek-buyutnya : Hasyim bin
Abdi Manaf. Seluruh rangkaian nenek-moyang Rasulullah, adalah penjaga Ka’bah.
Abdullah, ayah kandung, adalah anak yang paling dicintai karena perilakunya
yang santun.
Rasulullah Muhammad Saw. bin
Abdullah lahir pada Senin, 9 Rabiul Awwal, bertepatan dengan 20 atau 22 571M,
Ibn Sa’d meriwayatkan bahwa ibunda
Rasulullah Saw. berkata : “Setelah bayiku
lahir, aku melihat cahay yang keluar dari auratku. Cahaya itu menyinari
istana-istana di Syam-Palestina”.
Wanita ketiga yang menyusui
bayi Rasulullah, selain Aminah (ibunda) dan Tsuwaibah adalah Halimah as-Sa’diyah.
Ada banyak peristiwa yang terjadi sepanjang masa pertumbuhan itu. Tidak lama
setelah membawa bayi itu dan menyusuinya. Halima dan suaminya, mengalami dua
peristiwa yang diberkahi :
Pertama, Allah memberi kekuatan kepada keledai yang mengangkut
beban berat. “Demi Allah. Keledaimu ini bertambah perkasa” ujar peserta
rombongan dari Bani Sa’d. Bani Sa’d adalah salah satu kabilah terkemuka.
Halimah as-Sa’diyah berasal dari kabilah ini.
Kedua, peristiwa pembelahan dada Rasulullah di sebuah padang
rumput. Peristiwa itu terjadi saat Beliau bermain-main dengan anak kecil
lainnya. Saat itu, menurut riwayat Anas bin Malik, Jibril memegang dan
menelentangkan beliau. Ia lalu membelah dan mengeluarkan segumpal darah
darinya. Jibril berkata, “Inilah bagian
setan yang ada da dalam dirimu”.
Seperti yang terjadi pada masa
pengasuhan Halimah, selama masa bersama Abu Thalib pun ada banyak peristiwa
penting.
Pertama, pengakuan Bahaira, Sang Rahib. Peristiwa ini terjadi
ketika Rasulullah diboyong Abu Thalib ke Syam untuk berdagang. Keduanya tiba di
Bushrah, daerah jajahan Kekaisaran Romawi. Di negeri ini ada seorang rahib yang
sangat memahami isi Taurat dan Injil. Sebutan untuk rahib itu adalah Buhaira;
sedangkan nama aslinya adalah Jurjis. Buhaira menghampiri Abu Thalib. Ia
berkata : “Orang Ini (ia menunjuk kepada Rasulullah) adalah pemimpin semesta
raya. Anak ini akan diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam”.
Kedua, menggembalakan kambing. Untuk membantu ekonomi keluarga
Abu Thalib, Beliau menggembalakan domba dengan imbalan uang beberapa dinar.
Terbukti, ketika Beliau berusia dua puluh lima tahun, kesempatan untuk
berbisnis terbuka lebar. Karena menggunakan cara dagang yang mendahulukan
kepercayaan dan kejujuran. Itulah sebabnya, Rasulullah sangat dikenal sebagai
orang yang berakhlak agung, Kepribadiannya terangkum dalam FAST (fathonah, amanah, shiddiq, dan tabligh.
Ketiga, menikah dengan Khadijah binti Khuwailid r.a. Karena
tertarik dengan kepandaian dan kejujurannya dalam berdagang. Khadijah
menawarkan diri untuk dinikahi. Khadijah adalah wanita kaya, terpandang,
cerdas, dan lemah lembut.
Keempat, renovasi Ka’bah dan keputusan yang adil. Renovasi
dilakukan karena Ka’bah saat itu tidak beratap dan masih pendek. Tatkala
pembangunan sudah sampai di bagian Hajar
Aswad, perselisihan pun terjadi. Selama lebih dari empat hari, perselisihan
itu belum mencapai titik sepakat. Untuk memecahkan kebuntuan, tokoh masyarakat
Quraisy, Abu Umayyah bin al-Mughirah, tampil ke depan. Ia menawarkan jalan
keluarnya dengan menyerahkan persoalan tersebut kepada siapa pun yang besok
masuk pertama kali lewat pintu mesjid. Seluruh tokoh kabilah bersepakat atas
tawaran ini. Esoknya, Allah Swt. menghendaki Rasulullah sebagai orang yang
berhak atas keputusan itu. Ketika mengetahui hal ini, seluruh tokoh Quraisy
berkata, “Inilah al-Amin. Kami rida kepadanya. Inilah Muhammad”.
Kelima, daya tarik kepribadiannya yang mempertahankan kemuliaan.
Ini sesuai dengan firman Allah : “Apabila
bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka melaluinya dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Q.S.
al-Furqan, 25:72).
2.
Deklarasi
Kenabian
Periode kedua adalah deklarasi
kenabian. Deklarasi ini diawali turunnya wahyu di Gua Hira. Penurunan wahyu ini
diawali kebiasaan Beliau untuk menyendiri dan mengasah hati dan akal. Saat itu,
Beliau sering menyendiri di Gua Hira, Jabal Nur.
Akhirnya, pada Ramadhan tahun ketiga
dari masa pengasingan itu, beliau menerima wahyu di Gua Hira :
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Q.S. al ‘Alaq. 1-5).
Tidak lama setelah menerima wahyu
pertama ini, beliau merasa gelisah. Badan menggigil dingin. Sehingga Khadijah
pun menyelimuti beliau. Tiba-tiba turunlah dua wahyu berikutnya.
“Hai orang yang
berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan, Tuhanmu agungkanlah! Dan,
pakaianmu bersihkanlah! Dan, perbuatan dosa tinggalkanlah! Dan janganlah kamu
memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak! Dan, untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (Q.S. al-Mudatstir, 74:1-7).
Melalui dua surah ini, Allah mewajibkan
dua hal kepada Rasulullah yang secara resmi menjadi rasul-Nya.
Pertama, kewajiban
mendidik diri dengan enam langkah : salatul lail, tilawah Al-Quran, zikir, tawakal, dan bersabar.
Beliau harus menyampaikan perkataan yang berat (qawlan saqilan), yakni dakwah tauhid.
Kedua, kewajiban
menyampaikan dakwah dan peringatan kepada penduduk Makkah dan penduduk seluruh
dunia. Rasulullah diutus untuk seluruh manusia (kaffatan lin nas).
C.
Periodisasi
Pengembangan Dakwah
Periode Makkah dibagi dalam tiga
tahapan dakwah. Pertama, dakwah sirriyyah,
(secara sembunyi-sembunyi) yang berlangsung selama tiga tahun. Kedua,
dakwah jahriyyah, secara
terang-terangan kepada penduduk Makkah hingga akhir sepuluh tahun. Ketiga,
dakwah ke luar kota Makkah dan pengembangannya.
1.
Dakwah
Sirriyyah
Pada tahap pertama periode Makkah ini,
ada dua hal penting yang harus dipahami. Pertama,
masuknya sekelompok penduduk Makkah ke dalam Islam. Dalam sejarah, mereka
inilah yang biasa dikenal dengan nama as-sabiquna
al-awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Mereka adalah Khadijah
binti Khuwailid r.a., Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, dan Abubakar
ash-Shiddiq.
Berkat seruan Abu Quhafah (panggilan
terhormat untuk Abubakar ash-Siddiq), beberapa orang kemudian masuk Islam :
Utsman bin Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi
Waqqash, dan Thalhaa bin Ubaidillah. Dari mereka adalah Billal bin Rabbah, Abu
Ubaidah bin Jarrah, Arqam bin Abi al-Arqam, Sa’id bin Zaid dan istrinya,
Fathimah binti al-Khattab, termasuk Umar bin al-Khattab.
Kedua, perintah shalat
dua rakaat pada pagi hari dan dua rakaat petang hari. Perintah ini berdasarkan
perintah Allah pada surah al-Mu’min ayat 55: “Bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu pagi dan petang”. Perintah
shalat ini munculnya sebelum peristiwa Isra Mi’raj terjadi.
2.
Dakwah
Jahriyyah
Dakwah Jahriyyah mulai dilakukan
setelah surah asy-Syu’ara ayat 214 turun : “Berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. Setelah ayat ini turun,
Rasulullah langsung mengumpulkan seluruh anggota Bani Hasyim. Tidak lama
setelah itu, Rasulullah juga mengundang seluruh penduduk Quraisy untuk
berkumpul di Bukit Shafa. Seperti halnya ketika berada di hadapan Bani Hasyim,
di Bukit Shafa pun Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah saja, bukan
berhala.
Ajakan ini tentu saja mengundang sikap
penentangan dari musyrik Quraisy. Mereka menguras pikiran untuk menghalangi
dakwah Islam, sebagai berikut.
a.
Menyampaikan ejekan dan penghinaan dalam rangka
menggembosi kekuatan kaum Muslim awal.
b.
Menjelek-jelekkan ajaran Rasulullah untuk membangkitkan
keragu-raguan di dalam hati kaum Muslim.
c.
Melawan Al-Quran dengan menyebutnya sebagai dongeng
orang-orang dahulu kala.
d.
Menyodorkan beberapa penawaran untuk “mempertemukan”
ajaran Islam dengan ajaran sesat syirik.
Dalam situasi yang sangat genting ini,
ada dua peristiwa yang bertolak belakang. Satu peristiwa sangat menggembirakan
beliau, sedangkan peristiwa lainnya justru membuat bersedih hati.
Peristiwa yang sangat menggembirakan
adalah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin al-Khattab. Kelak,
Hamzah bin Abdul Muthalib digelari singa padang pasir, dan Umar bin al-Khattab
digelari sebagai al-Faruq.
Peristiwa yang sangat menyedihkan
adalah wafatnya dua pilar pendukung gerakan dakwah Islam, yakni Khadijah binti
Khuwailid dan Abu Thalib. Tahun kematian Abu Thalib dan Khadijah binti
Khuwailid Radhiyallahu Anha dikenal
sebagai tahun duka cita (amul al-huzn). Kematian
dua tokoh yang sangat berpengaruh itu terjadi pada tahun ke-10 dari kenabian.
Ada enam faktor pendukung yang menjadi
penguat semangat hidup mereka. Keenam faktor ini tertancap di dalam bathin
benak mereka.
1.
Iman kepada Allah tanpa ragu-ragu, keimanan yang murni
terhadap pencipta semesta alam.
2.
Sosok pemimpin yang dapat menyatukan hati dalam cinta dan
tujuan yang sama.
3.
Rasa tanggung jawab dan komitmen dari para sahabat yang
tidak pernah diselewengkan.
4.
Iman kepada hari akhir yang menjadi pembangun mental
futuris (berpikir masa depan).
5.
Al-Quran yang selalu mereka baca, dan menjadi sumber
penyemangat hidup.
6.
Kabar gembira tentang pastinya kemenangan dan
keberhasilan di pihak mereka.
3.
Dakwah Luar
Kota Makkah
Dakwah luar kota mulai dilaksanakan
pada tahun kesepuluh dari kenabian. Daerah pertama yang disinggahi adalah
Thaif. Beliau menuju kota Thaif dengan berjalan kaki, dan ditemani Zaid bin
Haritsah. Di Thaif, beliau menemui tiga bersaudara dari Bani Tsaqif : Abd
Yalail bin Amr, Mas’ud bin Amr dan Hubaib Amr. Beliau mengajak mereka keapada
Allah dan menegakkan Islam.
Beberapa suku dan kabilah yang pernah
didatangi beliau adalah Bani Amir, Muharib, Fazarah, Ghassan, Murrah, Hanifah,
Sulaiman, Abs, Bani Nashr, Bani al-Bakka’, Kalb, dan Hadhramy. Namun, mereka
semua menolak ajakan beliau.
Sebelum peristiwa hijrah yang kelak
menjadi awal bagi perkembangan Islam di Madinah, ada peristiwa penting yang
terjadi. Pertama, Isra Mi’raj yang
sangat fenomenal. Kedua, baiat atau
perjanjian atau sumpah setia antara Rasulullah dan para pemuda Madinah. Baiat
ini terjadi dua kali, pertama diikuti oleh dua belas orang. Baiat keduanya
biasa disebut baiat al-aqabah. Kali
ini, ada dua belas orang yang turut pada baiat kedua ini, sembilan orang dari
suku Khazraj dan tiga orang dari suku Aus.
Isi atau klausul dari baiat atau
perjanjian atau sumpah setia mereka kepada Rasulullah adalah sebagai berikut.
a.
Siap mendengar dan taat (sami’na wa atha’na) dalam keadaan bersemangat ataupun malas.
b.
Siap menafkahkan harta di jalan Allah Swt. tatkala sulit
atau mudah.
c.
Siap melakukan amr
makruf nahi munkar,
d.
Siap untuk berdiri tegak karena Allah dan tidak
mempedulikan celaan orang yang suka mencela.
e.
Siap menolong Rasulullah jika membutuhkan, melindungi
beliau sebagaimana mereka melindungi istri, anak-anak, dan balasannya adalah
Jannah.
D.
Substansi dan
Strategi Dakwah Rasulullah
Bagian terpenting yang menjadi fokus
dakwah Rasulullah. Periode Makkah dapat dilihat, dari hal-hal berikut.
1.
Memperbaiki akhlak masyarakat Makkah yang mengalami
dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya kebiasaab berjudi, mabuk-mabukan dan
berzina.
2.
Memperbaiki dan meluruskan cara tauhid. Agama berhala
adalah keyakinan masyarakat mekah di mana mereka menyembah patung yang dianggap
sebagai anak tuhan dan dapat memberikan perlindungan kepada mereka.
3.
Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan
meluruskan segala adat istiadat, kepercayaan dan ritual yang menyimpang dari
tauhid.
4.
Nabi Muhammad, berdakwah dengan gigih, sabar, ikhlas dan
tegas, tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.
E.
Pengaruh Dakwah
Rasulullah Terhadap Umat
Reaksi keras kaum Quraisy terhadap
gerakan Islam yang dibawa Rasulullah Saw. begitu cepat berkembang dan hal
tersebut sangat mengkhawatirkan para pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka
takut bahwa kedudukan mereka semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi
tersaingi dengan kekuatan Islam. Menurut pendapat mereka, tunduk kepada
Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau
kekuasaan kepada keluarga Muhammad, yaitu bani Abdul Muthalib. Di antara reaksi
kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah Saw., yaitu sebagai berikut :
1.
Kemarahan Kaum Quraisy
2.
Intimidasi Terhadap Umat Islam
3.
Memengaruhi Paman Rasulullah (Abu Thalib)
4.
Penganiayaan dan Hijrah Ke Habsyah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Pada hari Senin, 9 Rabiul Awwal tahun gajah, bertepatan
dengan 20 atau 22 tahun 571 Masehi Nabi Muhammad Saw. lahir.
Ø Ibunya bernama Aminah dan ayahnya bernama Abdullah.
Ø Ada dua nabi
yang mendapatkan gelar kehormatan Uswatun
Hasanah (teladan yang baik). Dua nabi itu adalah Ibrahim al-Hanif dan
Rasulullah Saw.
Ø Pada umur 25
tahun Nabi Muhammad menikahi Khadijah binti Khuwailid r.a.
Ø Nabi
Muhammad Saw. diangkat menjadi Rasul Allah pada usia 40 tahun 6 bulan 8 hari
menurut tahun Qamariah, atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Syamsiah.
Ø Sistem Diktator adalah kekuasaan yang mutlak.
Ø Bi’tsatun Nubuwwah artinya masa bangkitnya atau
perutusan kenabian.
Ø Kewajiban
mendidik diri dengan enam langkah : salatul lail, tilawah Al-Quran, zikir, tawakal, bersabar dan
dakwah tauhid (qawlan saqilan).
Ø Dalam sejarah,
mereka inilah yang biasa dikenal dengan nama as-sabiquna al-awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam).
Mereka adalah Khadijah binti Khuwailid r.a., Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi
Thalib, dan Abubakar ash-Shiddiq.
Ø Baiat atau
perjanjian atau sumpah setia antara Rasulullah dan para pemuda Madinah.
B. Saran
Di
dalam penulisan makalah
ini kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, karena
kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari salah serta khilaf. Maka dari itu kami menerima dengan
terbuka kritikan serta saran dari Bapak
Guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, serta teman-teman demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini
Posting Komentar